TERAPI PEMAINAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA


A.   Pengertian
       1.  Terapi
                        Terapi berasal dari kata therapy atau therapeutics yang berarti menyembuhkan atau pengobatan (Prof. Drs. S. Wojowasito-W.J.S. Poerwadarminta,1991;232).
                        Terapi secara umum berkaitan erat dengan masalah kesehatan, sehingga orang yang mengalami gangguan kesehatan mencari alternatif penyembuhan dari penyakitnya dengan melakukan terapi.
                        Dalam kamus psikologi disebutkan bahwa terapi adalah therapy atau  theurapeutics yang merupakan cabang ilmu kedokteran ysng membahas perlakuan dengan maksud untuk mengobati atau menghindarkan penyakit; istilah terapi digunakan juga dengan pengertian yang serupa, walaupun titik berat diletakkan pada sarana-sarana praktis yang digunakan, ketimbang basis ilmiahnya.
                        Dari pengertian tadi maka dapat dipastikan bahwa terapi dilakukan ketika orang mengalami masalah dalam tubuhnya baik yang dirasakan dari dalam maupun yang nampak dari luar atau tampilan.
Pada saat ini istilah terapi semakin banyak digunakan bukan hanya dalam proses gangguan kesehatan secara fisik, tetapi juga dalam usaha “mengobati” gangguan perilaku, atau masalah psikologis.
                        Kaitannya dengan anak Tunagrahita Ringan, terapi dibutuhkan untuk memperbaiki hal-hal yang ditimbulkan akibat dari ketunagrahitaannya, sehingga mereka mengalami ketidaksesuaian dalam beberapa aspek perkembangannya.
                                             
  1. Permainan
Ketika  kita menyebutkan kata permainan maka secara otomatis kita membicarakan juga kegiatan bermain.
Permainan (Play) merupakan suatu bentuk dari kegiatan bermain yang memiliki aturan yang sudah ditetapkan dengan segala kelengkapannya, mulai dari aturan main, jumlah pemain sampai ke tahap penilaian. 
Sementara itu kalau kita membicarakan tentang bermain maka dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menggembirakan tanpa terlalu memperhatikan tentang aturan, tetapi didalamnya tetap memiliki unsur yang positif bagi anak, khususnya bagi anak tunagrahita.
Elizabeth B. Hurlock, (1993;320), menyatakan bahwa arti yang paling tepat dari bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban. Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah kegiatan yang “tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar”. Bermain terbagi ke dalam dua kategori yaitu bermain aktif dan pasif (hiburan).

     3.   Terapi Permainan
Terapi Permainan atau dalam istilah psikologi disebut juga Play Therapy merupakan teknik psikoterapi yang didasarkan pada asumsi, bahwa keinginan-keinginan tak sadar seorang anak, konflik dan rasa ketakutannya akan sering diketahui dengan melihat aktivitas bermainnya; atau permainan yang dirancang membantu pasien, biasanya seorang anak, guna melepaskan tegangan atau mempelajari penyesuaian yang memadai kepada situasi yang mengganggunya (A. R. Henry Sitanggang, S.H. , 1994;333).
 
Dari pengertian Terapi Permainan, maka jelas dikatakan bahwa perilaku anak akan terlihat jelas sampai sejauh mana mereka menanggapi setiap permainan yang ditawarkan kepadanya sehingga setiap ekfresi yang ditampilkan bisa dianggap sebagai reaksi atas apa yang mereka rasakan ketika terlibat dalam setiap permainan.
Dengan mengamati reaksi anak maka dapat ditemukan permainan yang tepat untuk digunakan sebagai terapi.

B.       Manfaat Terapi Permainan
                        Sesuai dengan tujuan sebuah terapi, tentunya Terapi Permainan pun memiliki sasaran dan diharapkan memberikan manfaat yang mengarah pada perbaikan bagi anak yang diterapi, dalam hal ini Anak Tunagrahita Ringan.
Dalam permainan terjadi beberapa proses pembentukan pada anak, baik dari segi fisik dengan bergerak, kognitif dengan mengikuti setiap langkah permainan, sosial dengan mengenal teman bermain, maupun emosi anak dengan merasakan sensasi dan kegembiraan. Ini semua akan sangat bermanfaat apabila diterapkan pada anak tunagrahita yang secara fisik, sosial dan emosinya mengalami gangguan.
            Ada beberapa teori yang menyatakan tentang pengaruh yang  baik dari permainan dalam membantu anak mengatasi setiap tahap perkembangannya.
            Dr. Benyamin Spock (2004;59), memberikan pendapatnya tentang keuntungan yang diperoleh ketika anak bermain dalam kelompoknya, “mereka akan mempelajari bagaimana caranya untuk mengembangkan keahlian yang dikandung dalam tubuh mereka, kreativitas mereka dan kecerdikan mereka serta sikap sosial mereka”.
            Sementara itu Deborah K. Parker M. Ed. (2006;45) menyatakan, “melalui permainan, anak akan memahami siapa diri mereka, memahami apa yang bisa mereka lakukan dan menyadari bahwa mereka bisa mengurus kepentingan diri mereka sendiri”.
            Dari beberapa pendapat di atas tadi terdapat kesamaan pandangan, bahwa melalui permainan anak akan mengenal dirinya, potensi yang dimilikinya serta memacu mereka untuk lebih kreatif serta berani bersikap dalam mengikuti alur permainan yang tanpa mereka sadari telah membawanya  ke dalam satu proses yang telah dapat meningkatkan kemampuannya.
            Selain itu melalui permainan, anak dilatih untuk mengenal karakter orang lain, lalu memahami alur permaian serta melatih mereka untuk bersikap sportif ketika megalami kegagalan. Dengan mengenal karakater orang lain dalam hal ini teman bermainnya, sudah mengarahkan anak pada kehidupan sosial, kemudian memahami alur permainan, jelas ini membantu anak dalam proses berpikir sedangkan bersikap sportif, tentunya ini berkaitan erat dengan pengendalian emosi, melatih anak untuk mampu bersikap lapang dada.



PELAKSANAAN TERAPI PERMAINAN

A.   Karakteristik Anak
             Terapi permainan ini diberikan pada Anak Tunagrahita Ringan, Kelas I, II dan III SDLB, yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.      Fisik
Ø  Kemampuan motoriknya kurang baik
Ø  Sebagian anak mengalami hiperaktif
Ø  Sikap tubuh yang tidak serasi
2.      Kognitif
Ø  Kurang semangat belajar
Ø  Tidak dapat berkonsentrasi
Ø  Lambat dalam membaca dan menulis
3.      Sosial
Ø  Tidak mampu menyesuaikan diri
Ø  Kurang mengenal lingkungan sekitar
Ø  Kurang bertoleransi
4.      Emosi
Ø    Kurang mampu mengontrol emosi
Ø    Kurang peka dengan situasi yang terjadi
Ø  Tidak berani untuk melakukan hal-hal yang baru.

B.   Tujuan Terapi
            Terapi Permainan memiliki tujuan untuk mengatasi setiap hambatan yang dialami oleh Anak Tunagrahita Ringan, yaitu :
Ø  Melatih motorik anak melalui gerakan dalam permainan
Ø  Mengarahkan energi yang berlebihan pada anak yang hiperaktif, menjadi lebih terarah dan efektif
Ø  Membentuk sikap tubuh yang baik
Ø  Melatih konsentrasi anak
Ø  Mengenal pola hitungan


Ø  Menanamkan rasa percaya diri pada anak
Ø  Melatih kepedulian anak pada lingkungan sekitarnya
Ø  Melatih anak untuk mampu mengendalikan emosi
                       
C.    Bentuk Terapi Permainan
            Pada kesempatan ini dibuat tiga jenis permainan yang semuanya memuat unsur-unsur yang dapat merangsang dan melatih anak dalam setiap aspek yang diterapi.
1.        Menebak Nama
a.   Jumlah Pemain 3 – 5 orang
b.   Lama Permainan 15 menit
c.    Indikator :
Ø  Anak dapat melatih indra pendengaran, dengan mengetahui arah suara
Ø  Anak dapat melatih daya ingatnya dengan menebak nama dari suaranya
 d.   Jalannya Permainan  :
Ø  Dilakukan pengundian untuk menentukan posisi anak penebak dan yang ditebak (penebak 1 orang, yang ditebak 2 atau 4 orang)
Ø  Anak yang menjadi penebak ditutup matanya, anak yang akan ditebak berdiri di sekeliling penebak
Ø  Satu orang anak yang ditebak memanggil penebak
Ø  Penebak mendatangi anak yang memanggil dan menebak namanya, kalau tidak tertebak dilanjutkan oleh anak yang lain memanggil penebak, kemudian penebak mendatangi anak tersebut, kalau tertebak maka posisi penebak diganti oleh anak yang tertebak
Ø   Begitu terus sampai semua anak mendapat giliran.
Ø   Guru mengatur jalannya permainan.

2.        Memasukkan paku ke dalam botol
a.   Jumlah Pemain 2 – 6 orang
b.   Lama Permainan 15 menit
c.    Indikator :
Ø  Anak dapat mengendalikan emosinya
Ø  Anak dapat berkonsentrasi
d.      Jalannya Permainan  :
Ø  Anak dibagi dua kelompok.
Ø  Guru mengikat paku  dengan tali, kemudian diikatkan di pinggang setiap anak (posisi paku ada di tengah dan agak menjuntai)
Ø  Anak berdiri sejajar, setelah guru memberi aba-aba mulai, anak berjalan ke arah botol
Ø  Posisi anak membelakangi botol, selanjutnya berusaha memasukkan paku ke dalam botol
Ø  Anak yang pertama dapat memasukkan paku, menjadi pemenangnya
Ø  Selanjutnya diteruskan dengan kelompok kedua.

3.        Mengendalikan Kuda
a.  Jumlah Pemain 4 – 8 orang (setiap peserta terdiri dari 2
                         orang)
                   b.   Lama Permainan 30 menit
                   c.    Indikator   :
Ø  Anak dapat bekerjasama dengan teman mainnya
Ø  Anak dapat bersikap sportif
Ø  Anak dapat berlari sesuai arah
d.     Jalannya Permainan :
Ø  Setiap peserta terdiri dari 2 orang, satu orang berperan sebagai kuda dan yang satu lagi berperan menjadi joki
Ø  Guru membuat garis start dan finish
Ø  Peserta dibagi menjadi dua, tiga atau empat kelompok
Ø  Guru memasangkan tali (sebagai kendali) di badan anak yang berperan sebagai kuda.
Ø  Ujung tali ditarik ke belakang lalu dipegang oleh anak yang berperan sebagai joki
Ø  Setiap peserta berdiri di garis start
Ø  Guru memberi aba-aba mulai
Ø  Setiap peserta berlomba berlari ke arah garis finish
Ø  Lakukan beberapa kali dengan bergantian peran


DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. (Terjemahan, 1993). Perkembangan Anak. Jakarta. Erlangga

Parker, Deborah K. (Terjemahan, 2006). Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak. Jakarta. Prestrasi Pustaka

Sitanggang, A. R. Henry. (1994). Kamus Psikologi. Bandung. Armico

Spock, Benyamin. (Terjemahan, 2004). Menghadapi anak di Saat Sulit. Jakarta, Delapratasa Publishing

Wojowasito, S. dan Poerwadarminta, W. J. S. (1991). Kamus Lengkap Inggeris – IndonesiaIndonesia – Inggeris. Bandung. Hasta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS POKOK DAN FUNGSI WAKASEK BID. KURIKULUM